Belakangan ini, ramai pemberitaan di media tentang salah satu rumah sakit di Gaza, Palestina, yaitu Rumah Sakit Indonesia, yang tak henti-henti terkena serangan Israel. Terakhir, serangan yang dilangsungkan pihak Israel menyebabkan terhentinya pasokan medis, listrik, air, hingga makanan di rumah sakit tersebut. Akibatnya, seluruh operasional rumah sakit berhenti total, dan para pasien dilarikan ke rumah sakit lainnya.
Serangan yang masif terjadi pada bulan Oktober 2023 tersebut nyatanya tidak hanya terjadi pada kurun waktu itu saja. Sejak tahun 1930an, wilayah Gaza, Palestina, kerap menjadi titik empuk serangan yang dilakukan oleh cikal bakal Zionis. Penyerangan yang terus dilakukan tersebut lantas mendapatkan banyak perhatian dunia, hingga suatu waktu PBB turun tangan dan memberikan tawaran solusi.
Meski begitu, solusi PBB yang sangat merugikan warga Palestina tentunya ditolak, sehingga menimbulkan beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat Palestina. Insiden itu membuat pasukan Zionis Israel menghancurkan lebih dari 500 desa, kota kecil, hingga kota besar di Palestina. Okupasi lahan dan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina pun kemudian terjadi, dan berlangsung hingga saat ini.
Latar Belakang Hubungan Indonesia Palestina
Berbicara mengenai perjuangan masyarakat Palestina tak akan lengkap rasanya jika tidak berbicara mengenai hubungan negara kita, Indonesia, dengan Palestina itu sendiri. Jika ditarik ke belakang, dukungan Indonesia terhadap Palestina sudah terjadi sejak era Sukarno masih menjabat sebagai presiden. Dilansir dari suara.com, pemerintahan kala itu membuat kebijakan untuk terus menyatakan kemerdekaan Palestina, dan mengakuinya secara internasional di forum dunia.
Di sisi lain, pemerintahan Indonesia kala itu juga gencar menolak untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara yang merdeka. Hubungan dan dukungan yang besar ini bisa dikatakan berawal ketika Palestina memberikan dukungan penuhnya atas kemerdekaan Indonesia. Dari riwayatnya ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, seorang tokoh besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al Husaini, secara terang-terangan mengakui kemerdekaan Indonesia kepada negara-negara Arab, dan negara di seluruh dunia.
Selain itu, hubungan Indonesia dan Palestina juga terjadi di beberapa sektor lain. Ya, tak hanya soal sejarah, mulai dari sektor politik, ekonomi, sosial-budaya, hingga teologi, hubungan Indonesia dan Palestina seakan memiliki tali kuat yang saling mengikat satu sama lainnya. Tak heran, berbagai solidaritas kerap digaungkan dari masing-masing warga negara, ketika salah satu dari mereka tengah mengalami kesulitan. Contohnya, dukungan masyarakat Indonesia yang tak henti diberikan kepada Palestina hingga detik ini.
Jika menilik pada gempuran dahsyat Israel ke Jalur Gaza, Palestina, pada tanggal 27 Desember 2008 yang lalu, jumlah syahid tercatat sebanyak 1.366 orang yang terdiri dari 437 anak-anak, 110 wanita, dan 123 lansia. Sementara jumlah cedera permanen tercatat 5.650 orang. Agresi tersebut membuat masyarakat Indonesia geram atas apa yang dilakukan Israel terhadap saudara-saudara di Palestina. Alhasil, terjadilah inisiasi yang dilakukan perwakilan masyarakat Indonesia, melalui organisasi Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) untuk mendirikan sebuah bangunan Rumah Sakit, yaitu, Rumah Sakit Indonesia, yang berlokasi di Jalur Gaza.
Awal Mula Pembentukan Rumah Sakit Indonesia di Palestina
Bukan tanpa alasan, pendirian Rumah Sakit Indonesia di Palestina adalah sebuah bentuk solidaritas yang nyata dari warga Indonesia terhadap saudara-saudara di Palestina. Seiring dengan agresi yang terus dilakukan Israel terhadap Palestina, warga Indonesia sungguh prihatin melihat rumah sakit di Gaza yang keteteran dalam menampung korban akibat serangan Israel.
Akhirnya, Rumah Sakit Indonesia pun mulai dibangun di atas tanah wakaf Otoritas Palestina, seluas 16.261 meter persegi, pada tahun 2011 lalu. Dana yang digunakan untuk membangun rumah sakit ini berasal dari donasi masyarakat Indonesia. Rumah sakit yang terdiri dari tiga lantai ini memiliki 100 kasur untuk rawat inap, enam ruang operasi, dan 10 kasur ICU.
Meskipun lokasi tempat rumah sakit ini berada sangat dekat dengan titik serangan berlangsung, namun Rumah Sakit Indonesia tetap beroperasi semaksimal mungkin untuk dapat menampung para korban dari pihak Palestina.
Pada tanggal 27 Desember 2015 yang lalu, Rumah Sakit Indonesia diresmikan, oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla. Meski begitu, sejak pertama kali didirikan, Rumah Sakit Indonesia sempat beberapa kali terdampak serangan yang dilangsungkan Israel ke Palestina, mulai dari 2011, 2018, hingga 2023 kemarin.
Peran Masyarakat Indonesia dalam Dukungan
Dana awal pembangunan Rumah Sakit Indonesia sebesar Rp15 miliar, bersumber dari sisa sumbangan masyarakat Indonesia. Setelah itu, dana kembali terkumpul, menjadi Rp23 miliar, untuk kemudian disumbangkan demi terbangunnya rumah sakit tersebut.
Peran masyarakat dalam mendirikan Rumah Sakit Indonesia tidak hanya sebatas hal pembangunannya saja. Masyarakat Indonesia juga turut membantu dalam memasok obat-obatan, ambulans, dan kebutuhan medis lainnya bagi korban perang di pihak Palestina.
Adapun para relawan Indonesia yang melakukan survey sesaat sebelum rumah sakit tersebut hendak didirikan. Setelah melalui beberapa tahap, para relawan Indonesia pun memutuskan pemanfaatan sisa dana bantuan, yang dialokasikan untuk kebutuhan di Palestina. Akhirnya, rumah sakit pun sepakat untuk didirikan.
Mulai dari desain, arsitektur, dan kelistrikan, semua dirancang oleh orang Indonesia yang bekerja secara sukarela. Sementara itu, MER-C cabang Belanda dan Jerman memberikan hibah peralatan rumah sakit, untuk melengkapi fasilitas di dalamnya.
Kondisi Terkini Rumah Sakit Indonesia Palestina
Salah satu relawan MER-C melaporkan kondisi terkini Rumah Sakit Indonesia di Palestina dijadikan sebagai markas militer Israel. Upaya ini dilakukan pihak Zionis Israel atas tuduhan yang mereka layangkan, yaitu perihal Rumah Sakit Indonesia yang dikatakannya menjadi tempat persembunyian pejuang Hamas.
Sebelumnya, pada bulan November 2023, Rumah Sakit Indonesia sempat berhenti beroperasi sejenak. Kemudian, saat gencatan senjata dilakukan oleh kedua belah pihak, para tentara Israel memaksa warga, relawan, dan tenaga medis yang bertugas di Rumah Sakit Indonesia untuk segera melakukan evakuasi.
Kepala Presidium MER-C Indonesia, Sarbini Abdul Murad, menyatakan kecamannya terhadap Israel. Menurutnya, Rumah Sakit Indonesia kini telah dijadikan tameng oleh Israel untuk menyerang para pejuang Palestina. Keadaan tersebut dimanfaatkan Israel sehingga mereka dapat bersembunyi dari serangan balik saudara-saudara kita di Palestina.
Selain itu, MER-C juga meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki Rumah Sakit Indonesia yang tengah dijadikan markas militer oleh Israel. MER-C mendesak WHO menginstruksikan tentara Israel untuk segera meninggalkan rumah sakit tersebut.
Terlepas dari itu semua, sudah sepatutnya kita turun andil dalam membersamai dan melindungi Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. Karena bagaimanapun juga, ikatan emosional antara Indonesia dan Palestina sangatlah erat. Bahwa sesungguhnya perjuangan saudara-saudara kita di sana, adalah perjuangan kita juga sebagai seorang manusia yang hendak bebas dan merdeka di tanahnya sendiri.
Mari berkontribusi untuk Palestina sekarang dengan klik tombol di bawah ini!