Sahabat Wakaf, Ramadan adalah bulan penuh keistimewaan dan kisah berbagai peristiwa perjuangan umat Islam. Diantara banyak peristiwa itu, yakni Perang Badar. Bagaimana kisah hebat perang di bulan puasa dengan bantuan ribuan malaikat Allah itu? Mari, kita bercerita bersama.
Sejak Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah, berbagai tantangan menghadapi kaum Quraisy harus dihadapi. Cerca, kekerasan, hingga perampasan dilakukan kaum tersebut kepada para muslim. Atas hak-hak yang dirampas itu, maka demi harga diri dan kehormatan agama Islam, pada suatu hari kaum muslim menghadang kafilah dagang Abu Sufyan (yang kala itu masih kafir) yang datang dari Syam.
Abu Sufyan yang mendengar kabar tersebut, akhirnya mengambil rute berbeda. Ia bertolak menjauhi pantai Laut Merah. Lalu, mengirim utusan untuk berangkat terlebih dulu menuju Makkah dan meminta bantuan. Hingga sampailah utusan itu ke kota. Kaum Quraisy telah mengetahuinya dan merasa berang. Mereka menanggap rencana tersebut menodai kehormatan kaum Quraisy.
Pada bulan Ramadan, tepatnya 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriah atau 13 Maret 624 Masehi (sebagaian lainnya berpendapat 16-17 Maret 624 Masehi), kedua kaum bertemu. Umat Islam dan kaum Quraisy mengangkat bendera perang di Badar.
Perang Badar adalah perang pertama yang dilaksanakan muslim setelah hijrah pasca Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah. Perang ini dipimpin langsung oleh Rasulullah. Ketika itu, para muslim berperang dengan armada 314 orang pasukan, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, dan 2 ekor kuda.
Sementara itu, kaum Quraisy berperang dengan armada 1000 orang pasukan denan 600 senjata, 700 unta, dan 300 ekor kuda. Diantara pasukan itu ada kerabat Rasulullah dan orang-orang terdekat dari Kabilah Bani Hasyim. Yakni Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi), Hakim (sepupu Khadijah r.a) dan lain sebagainya.
Apabila kita membandingkan kedua pasukan yang berperang ini, sungguh keadaan yang sangat timpang. Pasukan Quraisy jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasukan Muslim. Namun, berbekal iman kepada Allah dan niat menegakkan panji Islam, teladan-teladan kita saat itu tidak gentar untuk berperang meskipun sebagian dari mereka berpuasa.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسِتَّ عَشْرَةَ مَضَتْ مِنْ رَمَضَانَ فَمِنَّا مَنْ صَامَ وَمِنَّا مَنْ أَفْطَرَ فَلَمْ يَعِبْ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ
“Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, ia berkata: Kami berperang bersama Rasulullah Saw. pada tanggal 16 Ramadan. Di antara kami ada yang berpuasa, ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.”
[hadis riwayat Imam Muslim dari Imam Ibnu Mulaqqin, Darul Hijrah, juz 5 hlm. 716]
Doa pasukan muslim menggemakan langit. Hingga datang keajaiban dari Allah SWT untuk mengantarkan pertolongan dan kegembiraan bagi umat Islam. Kemenangan diraih atas kehendak-Nya menurunkan bala bantuan ribuan malaikat Allah.
“(Ingatlah), ketika engkau (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang beriman, ‘Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
[QS. Ali Imran: 124]
Perang Badar, pertempuran besar yang kemudian dinamakan Yaumul Furqan. Peristiwa berhadapannya kedua golongan, pertempuran besar umat Islam melawan musuh-musuhnya. Diantaranya tiga pemimpin Quraisy yang terbunuh, yaitu Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah.
Sekembalinya dari Badar, dalam perjalanan pulang, Nabi Muhammad SAW mengucapkan hadis yang sangat penting, yaitu:
"Kita baru kembali dari Jihad Kecil (peperangan Badar) dan menuju Jihad Besar."
Sambil terheran, sahabat pun bertanya: “Apakah jihad yang lebih besar itu, Wahai Rasulullah?”
Lalu Rasulullah menjawab, “Jihad melawan hawa nafsu.”
Itulah Sahabat, jihad kita yang terus-menerus harus dimenangkan. Jihad melawan hawa nafsu sebagaimana yang tengah kita lakukan dengan menunaikan ibadah puasa Ramadan. Semoga cerita Perang Badar ini menjadi pelajaran yang menyemangati kita. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa melindungi kita.